Kembali

ORANG MISKIN DILARANG SAKIT

Tidak memperdulikan serangan adalah harapan iblis dari manusia (Edmund Burke, 1729-97)

Kata-kata tersebut cukup untuk menggambarkan bagaimana keadaan yang terjadi dalam bagian ini. Dijelaskan tentang penyakit-penyakit yang pernah menyerang Indonesia seperti diantaranya (1) Demam berdarah, (2) Flu burung (avian influenza), (3) Muntaber, (4) Bakteri Escheria coli, dan (5) Kaki Gajah (Filariasis). Dimana penyakit tersebut telah memakan korban yang banyak dan lambatnya respon pemerintah dan Dinas Kesehatan dalam menanggulangi wabah penyakit tersebut.

 

Ingat seekor anjing akan mampu membunuh singa yang tidak mau melawan (Duryodhana)

Dijelaskan bahwa wabah penyakit semakin menyebar hingga ke tempat penampungan pengungsi yaitu Nunukan yang merupakan tempat pengungsian para pahlawan devisa (TKI). Keadaan di tempat tersebut seperti air yang disediakan oleh PJTKI (Perusahaan Jasa Pengerah Tenaga Kerja Indonesia) merupakan air mentah, makanan yang di konsumsi para TKI yang kurang gizi yang seimbang dan tidak tersedianya sanitasi yang baik, yang membuat tempat penampungan para TKI tak luput dari serbuan wabah penyakit seperti muntaber, diare dan infeksi saluran pernapasan, khususnya yang masih berusia anak-anak. Sehingga membuat tak kurang dari 70 TKI yang tewas akibat beranekaragam penyakit.

 

Selain di tempat-tempat pengungsian, wabah penyakit jga menyebar di daerah-daerah konflik, pemerintah yang tidak mampu mengatasi konflik harus dihadapkan dengan penyakit kejiwaan yang melanda penduduk di daerah konflik yaitu post traumatic syndrome disorder atau yang biasa disebut sindrom kelainan pasca pengalaman traumatis. Ciri-ciri yang menonjol dari gangguan ini adalah kecemasan, ketegangan, masa depan yang tidak pasti, dan juga rasa dendam atas luka masa lalu bertumpuk jadi satu. Dimana tekanan-tekanan tersebut menjadi pemicu yang bisa mengaktifkan amyglada, bagian otak yang bertanggung jawab atas gangguan depresi.

 

Daerah-daerah seperti ambon atau poso memiliki resiko penduduk untuk terserang gangguan jiwa jauh lebih besar. Dan yang menjadi pertanyaan yaitu peran pemerintah dalam menangani kasus wabah penyakit ini, khususnya Dinas Kesehatan yang merupakan lembaga pemerintah yang kerap mendapat gugatan. Dimana Dinas Kesehatan tidak mempunyai dokumentasi medis yang meliputi semua wilayah yang pernah terjangkiti suatu virus sehingga serangan wabah penyakit bisa berulang-ulang terjadi kembali dan belum optimalnya fungsi pelayanan kesehatan di tingkat puskesmas, puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan bagi masyarakat sebenarnya dapat mengambil fungsi sebagai pusat pengolah informasi kesehatan di satu wilayah. Karena keberhasilan puskesmas diukur bukan dari kelengkapan fasilitasnya melainkan sejauh mana warga masyarakat sekitarnya memahami wabah penyakit yang berpotensi muncul di lingkungannya.

 

Orang sakit tidak hanya membutuhkan obat, Tetapi juga penghiburan (Florence Nightingale)

Dijelaskan bahwa puskesmas memiliki fungsi bukan semata sebagai pusat pelayanan kesehatan, melainkan juga pendidikan dan pelatihan bagi penduduk setempat. Pelatihan disini dimaksud untuk pengetahuan masyarakat untuk bisa mendeteksi apa yang dirasakan oleh tubuhnya dan bentuk-bentuk penangkalan dini seperti apa yang harus dilakukan. Kegiatan-kegiatan seperti posyandu harus ditingkatkan lagi dan diperluas sehingga dapat mencapai kalangan sejak yang berusia produktif hingga sekaligus manula (lanjut usia).

 

Problematika yang terjadi pada puskesmas sekarang yaitu (1) Tidak semua lulusan fakultas kedokteran siap bekerja di puskesmas. Pendidikan kedokteran yang selama ini masih berorientasi pada konteks klinis disbanding lapangan, padahal penyelesaian masalah kesehatan yang berdasar pendekatan klinis saja tidak cukup, (2) Tingkat penghargaan pemerintah terhadap dokter yang bertugas di puskesmas yang masih rendah sehingga membuat para dokter yang beralih profesi.

 

Pengetahuan akan informasi medis sangatlah penting bagi para penduduk setempat dan juga para aparat pemerintah perlu paham dan sadar, sehingga dapat melakukan pencegahan dari munculnya pemberitaan yang akan menambah beban psikologis para penduduk setempat. Pengenalan tentang penyakit serta bagaimana pola penyebarannya dan akibat-akibat yang ditimbulkannya hendaknya menjadi pengetahuan umum yang penting disebar-luaskan.