Kembali

Tyranny of The Bottom Line

Latar belakang buku ini menggambarkan kondisi perusahaan pada tahun 90’an dimana perusahaan  memiliki kendali yang besar dalam perekonomian Amerika Serikat. Besarnya pengaruh perusahaan dalam perekenomian Amerika Serikat tidak lepas dari peran pemerintah yang memberikan kebebasan perusahaan – perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Kendali besar perusahaan semakin tidak terkendali, mereka yang diisi orang - orang rakus mulai membentuk sistem yang mengatasnamakan laba bersih atau bottom line. Sistem inilah yang disebut dengan Tyranny of the Bottom Line. Penulis yang merupakan seorang auditor dan konsultan sistem perusahaan di “Big 6” melihat secara langsung bagaimana perusahaan - perusahaan besar bertindak dan menjalankan operasinya dengan kebijakan – kebijakan yang merugikan karyawan, masyarakat, pemasok, dan pihak lainnya.

Tujuan perusahaan tujuan awalnya, yaitu dibentuk untuk membantu pemerintah dalam menjalankan kepentingan publik. Pemerintah mempermudah perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan memberikan semacam hak istimewa bagi mereka karena dianggap sebagai tangan kanan pemerintah. Tugas seperti membangun jalan dan jembatan, memproduksi senjata, memberikan pelayanan pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat menjadi tugas perusahaan. Tujuan mulia perusahaan ini lama - kelamaan bergeser ke arah kepentingan pribadi/kelompok yang memprioritaskan laba. Semakin berkembangnya perusahaan dalam menjalankan perekonomian negara bisa dilihat dari pengaruhnya di kehidupan kita, produk dan lapangan kerja yang disediakan hampir semuanya berasal dari perusahaan. Ketergantungan kita terhadap perusahaan terkadang tidak kita sadari dan hal ini yang dimanfaatkan beberapa perusahaan besar untuk meraup keuntungan yang besar meskipun harus melakukannya dengan cara yang ilegal.

Berdasarkan pengalaman dari penulis yang melihat secara langsung bagaimana banyak perusahaan mengesampingkan stakeholders, seperti karyawan yang harus di PHK secara sepihak atas dasar “perampingan”, prosedur keamanan kerja di perusahaan yang buruk,  produk yang mengandung bahan – bahan yang berbahaya, dan limbah dari pabrik yang membahayakan masyarakat. Kondisi – kondisi yang penulis temukan memberikan gambaran bagaimana perusahaan hanya mementingkan pihak yang menurut mereka memiliki pengaruh langsung ke perusahaan, yaitu pemegang saham (shareholders) sedangkan stakeholders hampir tidak diperhatikan. Laporan keungan yang selama ini kita kenal merupakan bentuk tanggung jawab manajer terhadap pemegang saham, lalu apa bentuk tanggung jawab perusahaan bagi kita sebagai stakeholders? menurut penulis bentuk tanggung jawab yang perlu perusahaan  berikan, yaitu laporan terkait bagaimana kondisi perusahaan dan apa saja yang sudah mereka lakukan beserta dampaknya, laporan ini disebut dengan Laporan pertanggungjawaban.

Kesetaraan antara shareholder dan stakeholder merupakan hal penting yang perlu perusahaan perhatikan. Menurut penulis kesetaraan yang sama ini bisa terwujud dalam bentuk laporan pertanggungjawaban perusahaan, sama halnya dengan laporang keungan untuk pemegang saham. Untuk menyeimbangkan tujuan perusahaan antara laba dan akuntabilitasnya, perlu dibenuk laporan pertanggungjawaban dengan tolok ukur yang mencakup dampak – dampak pada semua stakeholder.

Kesimpulan dari bedah buku ini, sepertinya hal nya sejarah yang harus diingat dan menjadi pembelajaran buku ini kembali mengingatkan akan pentingnya akuntabilitas perusahaan. Kita bisa lihat bagaiamana kondisi yang akan terjadi apabila perusahaan tidak memiliki akuntabilitas. Perusahaan akan dimanfaatkan oleh orang – orang  rakus yang hanya memikirkan dirinya sendiri dengan kebijakan – kebijakan yang dapat memberikan dampak negatif. Kondisi perusahaan – perusahaan di Amerika Serikat tahun 90’an pastinya jauh berbeda dengan kondisi sekarang yang mana sudah banyak perusahaan yang sadar akan akuntabilitas dan transparansinya baik dalam bentuk CSR dan juga Sustainability Report.