Kembali

Madilog

Buku “Madilog” merupakan salah satu karya dari Tan Malaka, yang menurut mendiang peneliti politik LIPI, Alm. Dr. Alfian, Madilog adalah magnum opus-nya Tan Malaka. Untuk menyelesaikan mahakarya ini Tan Malaka membutuhkan waktu sekitar delapan bulan (15 Juli 1942–30 Maret 1943). Ia menulisnya ketika pulang dari mancanegara ke Indonesia yang waktu itu masih dijajah Jepang, ia pun turut menjadi buronan tentara penjajah Jepang.

Madilog merupakan akronim dari materialisme, dialektika, dan logika. Buku ini lahir dari kegelisahan Tan Malaka yang melihat fenomena bahwa masyarakat Indonesia masih hidup dalam bayang-bayang mistis dan ghaib. Cara berpikir tersebut beliau sebut sebagai “logika mistika”. Bayangkan bagaimana bangsa Indonesia dapat maju jika sebagian besar penduduknya masih mengandalkan penyelesaian masalah dengan mengharapkan kekuatan ghaib dan mengadakan mantra, sesajen, dan doa-doa.

Meskipun buku ini telah lama terbit, tapi hingga saat ini masih relevan untuk dibaca oleh masyarakat Indonesia. Karena masih banyaknya masyarakat yang berpikir dengan logika mistika. Masyarakat Indonesia harus meninggalkan cara berpikir dengan logika mistika dalam menghadapi permasalahan sosial yang terjadi. Jika bangsa Indonesia ingin segera maju, masyarakatnya harus menggunakan logika sains dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.

Buku ini mengajarkan kita untuk berpikir secara ilmiah, kritis, progresif, dan inovatif agar menjauhkan kita dari yang sekadar utopia belaka, pemikiran dogmatis, doktrin-doktrin konservatif, dan tak lupa mengejar ketertinggalan. Hal tersebut dapat menjadi alat bagi masyarakat Indonesia dalam berpikir dan membedah permasalahan-permasalah yang terjadi.