Kembali

Jika Tuhan Maha Kuasa, Kenapa Manusia Menderita?

Kita tentu pernah mengalami sakit. Kadang rasa sakit itu membuat kita bertanya-tanya kenapa Tuhan tidak segera mengambil penyakit kita? Dan kenapa membuat kita menderita?

Di satu sisi kita tahu Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang, di sisi lain kita juga tahu bahwa manusia menderita. Terdapat poin-poin penting kenapa manusia menderita. Di dunia Islam ada 2 kelompok besar Islam. Ada Islam Sunni dan ada kelompok Syiah. Kelompok Islam Sunni sebagian berakidah Asyariah. Salah satu ciri aqidah Asyariah ditandai dengan 20 sifat Tuhan yakni, Wujud, Qidam, Baqa’, Mukholafatul Lilhawaditsi, Qiyamuhu Binafsihi, Wahdaniyah, Qudrat, Iradat, Ilmun, Hayat, Sama’, Bashar, Qalam, Qadiran, Muridan, Aliman, Hayyan, Sami’an Bashiran, Mutakalliman.

Dalam Aqidah Asyariah kita bukan hanya diajarkan untuk beriman saja, tapi kita juga diajarkan untuk berfikir. Banyak orang yang mengira iman hanyalah percaya saja. Padahal, beriman secara aqidah Asyariah mengharuskan manusia menggunakan akalnya. Karena sejatinya beriman tidak bisa dipisahkan dari berfikir. Dan hal yang pertama diwajibkan manusia adalah berfikir. Memikirkan sesuatu yang membawa keyakinan bahwa Allah itu ada. Di saat keyakinan bahwa Tuhan itu ada, saat itulah keimanan akan muncul. Dan saat berfikir tentang ketuhanan akan muncul pertanyaan-pertanyaan tentang Tuhan.

Jika Tuhan Mahakuasa Kenapa manusia Menderita?

Pengalaman-pengalaman pahit dalam hidup, semua ada fungsinya dalam kehidupan. Ibarat sebuah puzzle jika kita hanya melihat dari gambaran kecil saja, memang orang yang menderita itu menyakitkan. Tapi, jika kita lihat secara garis besar, sebuah penyakit, masalah pelik kehidupan, dalam kebijaksanaan Tuhan memiliki fungsi, makna dan tujuan yang kadang- kadang baru kita ketahui dalam panjang. Tentu jika kita mau memikirkannya.

Kita tahu dalam dunia sinetron,akan selalu ada konfilk, seperti itulah gambaran dunia kehidupan kita. Jika film hanya monoton, tidak ada konfilk tentu tak ada yang menarik, tak ada pesan dalam film itu.

Dalam ilmu tasawuf dikatakan begini. Ketika seseorang menderita, sebenernya Tuhan sedang menyapanya dengan cara khusus. Jadii penderitaan merupakan tanda bahwa Tuhan peduli. Bagi orang-orang sufi, penderitaan adalah hari rayanya orang-orang rohani. Karena ketika kita menderita setelah penderitaan selesai akan ada situasi menggembirakan. Ibarat malam akan berganti siang

 

Secara praktis, dalam kehidupan sehari-hari pengalaman yang negatif atau pengalaman- pengalaman yang tidak menyenangkan dalam hidup itu justru akan membuat kualitas hidup meningkat.

Seorang filsuf barat mengatakan, hidup yang tak pernah diuji dan direnungkan adalah hidup yang tak layak dijalani. Jadi sebenarnya pengalaman negatif ataupun pengalaman pahit adalah pengalaman yang memperkaya hidup kita. Karena hidup yang tak ada ujiannya akan dangkal sekali kualitasnya.

Di Balik Ujian dan Penderitaan ada Hikmah

Secara iman atau aqidah penderitaan adalah bagian dari drama kehidupan. Dalam Alquran surat Al-Mulk ayat 1-2 dijelaskan. “Mahasuci Allah yang menguasai segala kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu..”

Jelas sekali, hidup dalam Alquran digambarkan sebagai hidup yang akan banyak ujian. Dengan berpandangan seperti itu, melihat ujian berupa penderitaan selalu mempunyai hikmah dibaliknya kita akan lebih memiliki harapan. Karena dalam hidup harapan sangat penting fungsinya. Dan iman adalah sumber harapan. Bagi orang yang tak percaya Tuhan, harapan hanyalah angan-angan kosong.

Peradaban-peradaban besar di dunia ini tak akan terjadi tanpan iman. Mungkin jika hanya satu orang yang tak punya harapan, tak akan ada masalah. Tapi jika sebagian besar orang tak punya harapan, kita tak akan bisa membayangkan betapa banyaknya negara yang akan hancur.

Pada bulan Agustus 1945 Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki, Jepang. Bangsa yang semula perkasa tiba-tiba hancur. Dua operasi pengeboman yang menewaskan sedikitnya 129.000 jiwa ini tak hanya berdampak pada material dan fisik saja, tapi juga berdampak psikis pada penduduk Jepang.

Mungkin jika pada situasi tersebut bangsa Jepang tak memiliki harapan, dan hanya merasa frustasi, kita tak akan melihat Jepang seperti sekarang. Untuk itu, iman begitu penting dalam sebuah bangsa.

Setiap manusia mempunyai cara masing-masing menghadapi penderitaan. Jika cara pandang kita terhadap penderitaan itu tepat, tidak akan ada penderitaan apapun yang tidak mampu kita tanggung. Tapi, jika cara pandang kita salah atau tidak tepat, penderitaan sekecil apapun kita tidak akan kuasa menanggunya.