Kembali

Review Marimar #1

Pada tanggal 11-12 Mei 2024, di rumah belajar area binaan Manggala, program kerja MARIMAR berlangsung mulai pukul 14.00 WITA hingga selesai. Acara dimulai dengan sebuah momen yang sarat makna, yaitu pembacaan doa yang dipimpin oleh salah seorang anggota KEMA IMA FEB-UH. Kemudian, suasana kehangatan dirasakan dengan adanya perkenalan diri dari anggota KEMA IMA FEB UH, di mana setiap anggota memperkenalkan dirinya dan menyampaikan tujuan dan harapannya dalam kegiatan tersebut. Tak ketinggalan, momen yang tak ternilai adalah ketika anak-anak, dengan ceria dan penuh semangat, memperkenalkan diri satu per satu, memperlihatkan keberanian dan antusiasme mereka untuk belajar. Setelah perkenalan, dilakukan pembagian kelas dengan memperhatikan usia masing-masing anak. Kelas A, untuk anak-anak berusia 10-12 tahun, dan Kelas B, untuk yang berusia 4-9 tahun. Kegiatan kemudian berlanjut dengan pemberian materi yang disampaikan oleh anggota KEMA, yang tak hanya menjadi pembimbing dalam proses belajar, tetapi juga sahabat dalam bermain bersama anak-anak. Sebelum menyudahi kegiatan, dilakukan evaluasi menyeluruh untuk mengevaluasi efektivitas pembelajaran. Acara ditutup dengan sesi foto bersama, menjadi kenangan indah yang mengabadikan kebersamaan dan semangat belajar.

Melihat kondisi anak-anak di rumah belajar area Binaan Manggala sungguh memprihatinkan. Mereka berasal dari keluarga yang kurang mampu, ditandai dengan rumah mereka yang terbuat dari dinding kayu yang lapuk dan lingkungan yang kumuh karena adanya tumpukan botol bekas yang mereka kumpulkan. Kondisi lingkungan yang tidak sehat ini berpotensi mempengaruhi kesehatan dan pendidikan anak-anak. Beberapa anak bahkan tidak bersekolah karena orang tua mereka tidak mampu membiayai pendidikan mereka. Selain itu, tingkat literasi mereka, seperti membaca, menulis, dan berhitung, sangat rendah, bahkan beberapa dari mereka bahkan belum fasih berbahasa Indonesia. Meskipun demikian, ada sebagian anak yang memiliki kemampuan membaca dan menulis. Selama proses belajar, terlihat bahwa anak-anak ini cenderung lebih banyak bermain dan kurang fokus dalam pembelajaran. Meskipun begitu, masih ada semangat yang besar untuk belajar di antara mereka.

PERSONAL STATEMENT TENTANG KONDISI DAN SALAH SATU ANAK DISANA:

Selama proses pembelajaran, saya lontarkan pertanyaan kepada salah satu anak yang bernama Idul, usianya sekitar 7/8 tahun. Dimana pertanyaanya ”apakah membantu guru termasuk sikap peduli atau tidak?” dan anak tersebut menjawab ”tidak tahu, kan saya tidak sekolah”. Seketika hati saya tersentuh, Dalam jawaban sederhana tersebut, tersirat keinginan dan kebingungannya yang mendalam tentang dunia pendidikan yang seharusnya ia alami. Saya melihat betapa besar dampak dari kurangnya akses pendidikan bagi anak-anak seperti Idul. Hal ini membuat saya semakin sadar akan pentingnya upaya kita untuk memberikan dukungan dan kesempatan belajar yang lebih baik bagi mereka. Harapan saya ke depannya, semoga Idul bisa mendapatkan kesempatan untuk bersekolah dan memperoleh pendidikan yang layak, sehingga ia dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana dengan penuh percaya diri dan pengetahuan. Semoga ada lebih banyak program seperti MARIMAR yang dapat menjangkau dan membantu anak-anak di daerah binaan, memberikan mereka harapan dan kesempatan untuk masa depan yang lebih cerah.

SARAN

Berdasarkan kondisi yang saya temukan di lokasi kegiatan, saran saya perlu adanya kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan sekolah untuk membantu anak-anak dirumah belajar, termasuk memperbaiki rumah mereka, memberi pendidikan serta menyediakan bantuan pendidikan. Semoga kerjasama ini bisa memberikan perubahan positif bagi anak-anak, sehingga mereka bisa belajar dan memiliki masa depan yang lebih baik.