Kembali

SUSTAINABILITY ACCOUNTING : MORALITAS VS FORMALITAS

PENDAHULUAN

Suatu negara tidak dapat lepas dari kegiatan bisnis, terutama karena peranannya sebagai penopang jalannya perekonomian negara tersebut. Perkembangan dunia usaha yang semakin kompleks dan perubahan lingkungan yang semakin dinamis membuat para pelaku bisnis tidak hanya berpikir untuk meningkatkan laba semata, tetapi juga bertanggungjawab untuk turut serta menjaga dan peduli terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Hal ini dikarenakan, kegiatan bisnis yang di dalamnya terdapat kegiatan produksi, telah banyak menggunakan sumber-sumber produksi, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam. Dengan demikian, perusahaan sebagai lembaga bisnis akan menanggung konsekuensi logis atas pemenuhan sumber-sumber produksi yang diperlukannya. Salah satu konsekuensi itu adalah menyediakan dana kompensasi sebagai bentuk tanggungjawab perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) untuk memperbaharui sumber-sumber produksi tersebut.

Salah satu syarat bagi individu dan perusahaan agar bertahan dan berkembang dengan pesat dalam jangka panjang, yaitu merespons secara ekonomi, lingkungan, dan sosial. Menurut Hopwood, Jeffrey, & Jessica (2010), ketiga hal itu diperlukan karena tiga alasan. Pertama, keberlanjutan ekonomi akan memberikan keuntungan finansial dan sumber daya di masa mendatang. Kedua, keberlanjutan lingkungan akan memberikan perusahaan dukungan ekosistem, kehidupan, termasuk ketersediaan makanan dan air. Ketiga, keberlanjutan sosial berdampak pada komunitas sosial yang berfungsi dengan baik sehingga meningkatkan kualitas kehidupan.

Dimana dalam konsep suistainability accounting ini dalam mengambil keputusan yang harus dipikirkan adalah bagaimana dapat menghemat biaya dan meningkatkan pendapatan dari keberlanjutan lingkungan dan sosial melalui aktivitas-aktivitas yang menunjang keberlanjutan dan dilaporkan dengan kerangka pelaporan keberlanjuta dengan pelaporan eksternal. Akuntansi sendiri mempunyai peran yang sangat penting untuk menyeimbangkan antara keuangan, lingkungan, dan keberlanjutan sosial dalam level organisasi. Menurut Hopwood, et al. (2010), ada empat peran yang dapat dilakukan oleh Akuntansi;

  1. Membantu organisasi untuk mengidentifikasi potensi dampak dan manfaat secara sosialdan lingkungan pada masa mendatang, termasuk estimasi dampak keuangan dari aktivitas yang dilakukan.
  2. Membantu perusahaan memformulasikan strategi dan kebijakan yang diterapkan dalam menghadapi isu perubahan iklim.
 
  1. Membantu manajamen risiko melalui identifikasi dan analisis yang terkait dengan risiko dan peluang yang terkait dengan keberlanjutan.
  2. Dapat membuat suatu laporan tentang kebijakan perusahaan yang terkait dengan keberlanjutan yang dapat digunakan oleh pihak ketiga dalam menilai tanggung jawab dan akuntabilitas perusahaan.

Di indonesia masih banyak perusahaan yang tidak menerapkan CSR, apalagi seperti perusahaan tambang dan sebagainya. Jika melihat dengan dampaknya terhadap lingkungan sangat besar. Itulah sebabnya jika indonesia menerapkan regulasi bahwa perusahaan wajib menerapkan CSR tapi dalam realisasinya tidak cukup konsisten negara dalam menanggulangi lingkungan. Bagaimana ketika perusahaan tidak menerapkan CSR, sangsi yang diterima itu rata-rata berupa sanksi administrasi saja tidak terlalu berat untuk perusahaan ketimbang dengan dampak yang telah dilakukan. Belum lagi regulasi yang hadir di Indonesia terkait CSR itu tidak ada bentuk khusus dari CSR yang harus dilaporkan oleh perusahaan. Jadi terkadang perusahaan menerapkan CSR, dia berbeda dengan apa dampak yang dilakukan. Semisal jika kita melihat di Pulau Koddingareng, proyek MNP (Makassar New Port), proyek itu mengambil pasir dari Pulau Koddingareng. Dan dampak ke masyarakat Koddingareng ini sangat besar. Bagaimana masyarakat Koddingareng yang punya mata pencaharian sebagai nelayan sangat terganggu akibat penambangan pasir itu. Tapi PT Pelindo sebagai yang pegang proyek MNP ini, program CSR yang dilakuakn itu tidak mengena ke dampak yang dilakukan. Bahkan pernah di crosscheck program CSR nya Pelindo ini seperti bagaimana pengadaan tempat sampah dan sebagainya. Jadi beda yang dia lakukan dengan dampaknya ke lingkungan dan beda juga program CSR yang dia lakukan. Dari situlah patahnya. Walaupun pemerintah menerapkan regulasi terkait kewajiban menerapkan CSR tapi tidak ada bentuk khusus. Sehingga perusahaan seolah-olah semaunya saja walaupun beda yang dia timbulkan dampak, yang penting ada program CSR yang di perusahaan lakukan.

 

ISI

Perkembangan kesadaran akan pentingnya tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam kegiatan bisnis telah mendorong pengembangan konsep Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam konteks ini, sustainability accounting memainkan peran penting dalam mengukur dan melaporkan dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan bisnis. Dalam konteks keberlanjutan, perusahaan tidak hanya fokus pada peningkatan laba semata, tetapi juga bertujuan untuk mencapai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Sebagai penopang jalannya perekonomian, perusahaan memiliki peran yang signifikan dalam masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.

Kegiatan bisnis modern seringkali menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang melibatkan konsekuensi dan tanggung jawab terhadap kedua aspek tersebut. Dalam hal ini, perusahaan perlu mempertimbangkan aspek lingkungan, seperti penggunaan sumber daya alam secara berkelanjutan, pengurangan emisi gas rumah kaca, dan perlindungan terhadap lingkungan hidup. Selain itu, perusahaan juga perlu memperhatikan aspek sosial, termasuk perlindungan hak asasi manusia, keberagaman, kesetaraan, dan kontribusi positif terhadap masyarakat.

Sustainability accounting membantu perusahaan dalam mengukur, melacak, dan melaporkan dampak kegiatan bisnis mereka terhadap masyarakat dan lingkungan. Ini melibatkan penggunaan metode dan alat untuk mengukur kinerja sosial dan lingkungan, seperti laporan keberlanjutan, pengukuran emisi karbon, penggunaan energi, dan praktik pengelolaan limbah. Melalui pelaksanaan CSR dan sustainability accounting, perusahaan dapat membuktikan komitmennya terhadap keberlanjutan dengan menyediakan dana kompensasi atau investasi kembali dalam bentuk tanggung jawab sosial dan lingkungan. Hal ini mencakup program-program pengembangan masyarakat, pendidikan, pelatihan tenaga kerja, perlindungan lingkungan, atau kontribusi terhadap proyek-proyek sosial.

Dalam rangka memastikan kelangsungan bisnis jangka panjang, perusahaan perlu mengambil tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Dengan menerapkan CSR dan sustainability accounting, perusahaan dapat mencapai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan, serta memperkuat citra dan reputasi mereka sebagai entitas bisnis yang bertanggung jawab secara moral dan etis.

 

Pendekatan sustainability accounting dalam pengukuran dan pelaporan kinerja berkelanjutan organisasi telah menjadi topik yang semakin penting dalam dunia bisnis saat ini. Namun, dalam melaksanakan sustainability accounting, sering kali muncul dilema antara moralitas dan formalitas. Bagaimana kita dapat memastikan bahwa sustainability accounting tidak hanya menjadi formalitas semata, tetapi juga mencerminkan tanggung jawab moral yang sebenarnya? Pada tingkat dasarnya, sustainability accounting melibatkan pengukuran dan pelaporan dampak organisasi terhadap aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi. Namun, kesalahan terbesar yang dapat kita buat adalah memperlakukan sustainability accounting hanya sebagai proses administratif formal yang harus dilakukan untuk memenuhi persyaratan atau menarik investor.

Sebagai alternatif, kita harus mengadopsi pendekatan moral yang kuat dalam melaksanakan sustainability accounting. Ini berarti memahami bahwa keberlanjutan bukanlah sekadar alat untuk mencapai keuntungan finansial semata, tetapi juga merupakan kewajiban etis yang melibatkan pertimbangan terhadap keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara untuk memastikan bahwa sustainability accounting bukan hanya menjadi formalitas adalah dengan memperhatikan nilai-nilai etis dalam pengukuran dan pelaporan kinerja berkelanjutan. Ini melibatkan mempertimbangkan prinsip-prinsip seperti keadilan, integritas, keberlanjutan, dan kepentingan bersama dalam semua aspek kegiatan bisnis.

Selain itu, penting untuk mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dari keputusan bisnis dan menghindari praktik "greenwashing". Greenwashing adalah praktik di mana organisasi dengan sengaja memberikan gambaran yang salah tentang kinerja berkelanjutan mereka melalui laporan yang menyesatkan atau tidak transparan. Ini merupakan contoh jelas dari formalitas yang mengabaikan moralitas. Ketika menerapkan sustainability accounting, perlu juga melibatkan partisipasi dan komunikasi yang baik dengan para pemangku kepentingan, seperti karyawan, pelanggan, komunitas lokal, dan masyarakat umum. Mereka harus memiliki pemahaman yang jelas tentang upaya keberlanjutan organisasi dan dapat memberikan masukan yang berarti.

Suistainability Accounting adalah praktik mengukur, menganalisis, dan melaporkan dampak sosial dan lingkungan perusahaan. Pengungkapan aksi sosial dan lingkungan dilakukan perusahaan melalui Environmental, Social, and Governance Report (ESG Report) yang disusun oleh akuntan. Pelaporan ESG terkait erat dengan citra, merek, dan reputasi

 

perusahaan (Ismail et al., 2019), dan nilai-nilai keberlanjutan tersebut lebih dihargai daripada nilai-nilai lain oleh kaum milenial (Smith & Brower, 2012; Brown & Vergragt, 2016). Idealnya, keunggulan ini harus lebih merangsang bagi perusahaan yang sangat ingin meningkatkan kinerja keuangan mereka. Misalnya, perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan yang cenderung menghentikan operasinya dan bangkrut akan berupaya memulihkan kondisi keuangannya lebih dari perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Alasan-alasan ini konsisten dengan teori manajemen kesan yang memanfaatkan pengungkapan diskresioner sebanyak mungkin untuk mencapai tujuan perusahaan (Merkl-Davies & Brennan, 2007; Leary & Kowalski, 1990).

Pembahasan mengenai sustainability accounting dalam konteks moralitas versus formalitas melibatkan pertimbangan tentang bagaimana pendekatan tersebut dapat menjadi instrumen yang kuat untuk mempromosikan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang sejati, bukan hanya menjadi proses formal yang melibatkan pemenuhan persyaratan atau aturan.

  1. Moralitas dalam Sustainability Accounting:
    1. Pendekatan berbasis nilai: Sustainability accounting yang berlandaskan pada moralitas melibatkan pengintegrasian nilai-nilai etis seperti keadilan, keberlanjutan, integritas, dan kepentingan bersama dalam pengukuran dan pelaporan kinerja berkelanjutan. Ini memastikan bahwa kegiatan bisnis tidak hanya menghasilkan laba semata, tetapi juga mempertimbangkan konsekuensi sosial dan lingkungan dari keputusan bisnis.
    2. Peningkatan kesejahteraan masyarakat: Dalam sustainability accounting yang didasarkan pada moralitas, perusahaan bertanggung jawab untuk memperhatikan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ini dapat mencakup investasi dalam pengembangan masyarakat, pendidikan, pelatihan tenaga kerja, atau program-program yang memberikan manfaat langsung kepada masyarakat.
  2. Formalitas dalam Sustainability Accounting:
    1. Compliance dengan persyaratan: Pendekatan formal dalam sustainability accounting cenderung berfokus pada pemenuhan persyaratan dan regulasi yang ada. Ini dapat menyebabkan pelaporan yang hanya mencakup aspek-aspek minimum yang diperlukan secara hukum, tanpa memperhatikan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang lebih luas.
 
    1. Greenwashing: Dalam beberapa kasus, formalitas sustainability accounting dapat menyebabkan praktik "greenwashing", di mana perusahaan memberikan kesan palsu tentang kinerja berkelanjutan mereka melalui laporan yang menyesatkan atau tidak transparan. Ini bertentangan dengan prinsip moralitas dan bertujuan hanya untuk memenuhi tuntutan pasar atau citra perusahaan.

Penting untuk menghindari jatuh ke dalam perangkap formalitas dan memastikan bahwa sustainability accounting didasarkan pada prinsip-prinsip moralitas yang kuat. Ini melibatkan kesadaran terhadap konsekuensi jangka panjang dari keputusan bisnis, penghindaran praktik greenwashing, dan komunikasi yang jujur dan transparan dengan para pemangku kepentingan. Hanya dengan pendekatan berbasis moralitas, sustainability accounting dapat mencapai tujuan yang lebih tinggi yaitu menciptakan dampak positif yang nyata terhadap masyarakat dan lingkungan.

 

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sustainability accounting atau akuntansi keberlanjutan merujuk pada pendekatan akuntansi yang mengukur, melacak, dan melaporkan dampak sosial, lingkungan, dan ekonomi dari kegiatan bisnis. Hal ini dilakukan untuk memahami dan mengelola dampak berkelanjutan yang dihasilkan oleh perusahaan atau organisasi.

Tujuan dari sustainability accounting adalah untuk memberikan informasi yang relevan dan transparan kepada para pemangku kepentingan, seperti pemilik saham, karyawan, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat umum. Melalui pengukuran dan pelaporan kinerja berkelanjutan, sustainability accounting membantu organisasi dalam mengidentifikasi, memantau, dan memperbaiki dampaknya terhadap aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi.

Sustainability accounting melibatkan penggunaan berbagai indikator dan metode pengukuran, seperti pengukuran emisi gas rumah kaca, penggunaan energi, manajemen limbah, penggunaan sumber daya alam, keberagaman karyawan, perlindungan hak asasi manusia, kontribusi terhadap komunitas, dan lain sebagainya. Data yang dikumpulkan kemudian digunakan untuk melaporkan kinerja berkelanjutan dalam bentuk laporan keberlanjutan atau laporan berkelanjutan.

Dalam sustainability accounting, penting untuk menerapkan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, relevansi, dan keterbandingan. Hal ini memungkinkan perbandingan kinerja berkelanjutan antara perusahaan, pemantauan kemajuan terhadap tujuan keberlanjutan, dan memperkuat pertanggungjawaban organisasi terhadap dampak sosial dan lingkungan yang dihasilkan.

Sustainability accounting berperan penting dalam membantu organisasi dalam merencanakan, mengambil keputusan, dan mengelola risiko yang terkait dengan aspek sosial dan lingkungan. Selain itu, hal ini juga dapat memberikan manfaat jangka panjang dalam hal keberlanjutan bisnis, reputasi yang baik, dan keterlibatan pemangku kepentingan yang lebih kuat.

 

DAFTAR PUSTAKA

Adams, C., & Kuasirikun, N. (2000). A Comparative Analysis of Corporate Reporting on Ethical Issues by UK and German Chemical and Pharmaceutical Companies. European Accounting Review, 9(1), 53-79.

Bebbington, J., & Thomson, I. (2013). Sustainable Development Accounting and Reporting: Putting Theory into Practice. Routledge.

Burritt, R., & Schaltegger, S. (2010). Sustainability Accounting and Reporting: Fad or Trend? Accounting, Auditing & Accountability Journal, 23(7), 829-846.

Herzig, C., & Schaltegger, S. (2011). Corporate Social Responsibility Reporting: The Quest for Legitimacy in a Globalized World. Edward Elgar Publishing.

Hohnen, P., & Potts, J. (2007). Corporate Responsibility and Sustainable

Development: Exploring the Nexus of Private and Public Interests. Greenleaf Publishing.

Larrinaga, C., & Carrasco, F. (2008). The Organizational Factors of Good

Environmental Management Practices: An Empirical Study of the Spanish Hotel Industry. Journal of Business Ethics, 82(3), 551-564.