REVIEW IMAJOK #5 SUSTAINABILITY ACCOUNTING
Sustainability Accounting
Kelestarian lingkungan merupakan topik hangat yang menjadi prioritas di banyak negara. Isu tersebut dibahas dalam Konferensi Para Pihak ke-26 (COP-26) di Glasgow, Skotlandia, pada akhir 2021. Dalam ajang tersebut, Indonesia mendapat banyak perhatian. Sebab, upaya pemerintah Indonesia untuk mencapai emisi net-zero pada 2060, serta upaya pencegahan Covid-19, juga dipandang sebagai respons terhadap persoalan perubahan iklim. Menurut laporan Bank Pembangunan Asia (ADB) 2021, Indonesia tetap menjadi salah satu dari tiga negara dengan risiko tinggi bencana lingkungan, terutama banjir dan panas ekstrem. ADB juga menyebutkan kenaikan suhu di Indonesia pada tahun 2050 berkisar antara 0,80 derajat Celcius hingga 1,40 derajat Celcius. Catatan serupa juga dilaporkan oleh NASA's Goddard Institute for Space Studies. Berdasarkan data tersebut, suhu global telah meningkat secara signifikan selama tujuh tahun terakhir.
Dalam hal ini, akuntansi berkelanjutan membantu menganalisis dan mengevaluasi catatan perusahaan yang menyebabkan dampak sosial dan lingkungan di perusahaan. Presiden HMJAK dalam pertemuannya dengan Himpunan Mahasiswa Akuntansi UINAM (HMJAK) menyatakan bahwa perusahaan sebagai pelaksana proses produksi (kapitalis) membiayai pemerintah yang kemudian mengadakan pemilihan umum, dan bahwa pemerintah kemudian mendukung perusahaan. dalam pelaksanaan proses produksi yang berkelanjutan. Perusahaan dan masyarakat telah sepakat bahwa masyarakat akan mendukung operasional Perusahaan. Bahkan, perusahaan itu melanggar kontrak yang sudah ada.
Pada Pertemuan IMAJOK #5 di UINAM, himpunan mahasiswa akuntansi disana masih kurang familiar dengan sustainability accounting, namun mereka memiliki antusias dan juga memiliki pikiran yang sama mengenai isu yang ada pada pemerintahan saat ini