SEJARAH BERDIRINYA IMA
Akuntansi berawal dari datangnya pejabat pemeriksa pajak Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya yang bertugas di Makassar. Kebetulan ia berprofesi sebagai akuntan. Dia mempunyai pengalaman ketika bertugas di Palembang, dia yang mensponsori sehingga Universitas Sriwijaya dapat membuka jurusan akuntansi. Ketika berada di Makassar, dia keheranan melihat realitas bahwa Fakultas Ekonomi adalah jurusan tertua di Indonesia tetapi belum mempunyai jurusan akuntansi, dibandingkan dengan Universitas Sriwijaya yang Fakultas Ekonominya lahir belakangan dibanding Fakultas Ekonomi Unhas telah memiliki jurusan akuntansi.
Pada saat itu, dia kebetulan kenal dan dekat dengan ketua IAI Pak Hadibroto. Dialah yang memberitahukan kepada Pak Hadibroto tentang belum adanya jurusan akuntansi di Unhas. Dan menyampaikan minat untuk mensponsori dengan hadirnya jurusan akuntansi di Unhas seperti yang telah dia lakukan di Universitas Sriwijaya. Pak Hadibroto memberikan saran kepadanya agar menghubungi orang yang kenal baik dengan dia dan pernah menjadi pembimbingnya saat disertasi. Orang tersebut adalah Prof. Makkaliwe (pada saat itu belum menjadi Prof).
Jadi pada saat ia kembali ke Makassar, dia menghubungi Prof. Makkaliwe. Prof. Makkaliwe mengatakan bahwa pada saat itu belum ada jurusan akuntansi dikarenakan belum tersedianya tenaga pengajar. Pada saat itu, satu-satunya orang yang bergelar akuntan adalah Bapak Kusnadi. Tetapi, orang dari pemeriksa pajak tersebut sangat optimis dan mengatakan bahwa kalau bukan sekarang kapan lagi. Akhirnya, diputuskan untuk membuat persiapan dengan ketentuan mengikuti semua mata kuliah prasyarat. Cuma kendalanya pada saat itu, di Fakultas Ekonomi belum ada jurusan dan sistem perkuliahan berbentuk tingkat. Jika tidak melulusi semua mata kuliah ditingkat satu maka tidak dapat melanjutkan ketingkat dua, begiupun dari tingkat dua ke tingkat tiga. Setelah melulusi tingkat tiga, baru bisa mendapatkan ijazah sarjana muda Ekonomi. Nanti pada tingkat doctoral baru ada jurusan akuntansi.
Pada saat itu. Ketika pembicaraan dangan Prof. Makkaliwe dan memperlihatkan daftar mata kuliah yang ada. Pejabat pemerintah pajak tersebut mengatakan bahwa tidak bisa jika daftar mata kuliah seperti itu, maka disarankan pengambilan jurusan akuntansi maka harus mengambil mata kuliah prasyarat. Karena pada saat itu, mata kuliah yang dipelajari yang terkait akuntansi hanya akuntansi dasar satu, akuntansi dasar dua, dan ilmu biaya untuk mendapatkan ijazah sarjana muda. Jadi diumumkan sekitar pada tahun 1975 atau 1976 bahwa kepada mahasiswa yang ingin mengambil jurusan akuntansi yang akan dibuka pada tahun 1977 maka mahasiswa harus mengambil empat atau enam mata kuliah prasyarat, yakni akuntansi keuanagn satu, akuntansi keuangan dua, manajemen keuangan satu dan manajemen keuangan dua, dll.
Kendala berikutnya ketika Prof. Amiruddin datang dan menjadikan Fakultas Ekonomi ke dalam fakultas ilmu sosial dan budaya (Fisbud). Aturan departemen keuangan pada saat itu, mengatakan bahwa tidak boleh ada jurusan akuntansi jika tidak dibawahi oleh Fakultas Ekonomi. Karena terlanjur telah membuka jurusan akuntansi dan terkendala dengan adanya peraturan tersebut. Maka mahasiswa-mahasiswa pada saat itu, harus menunggu sampai 8 tahun atau sampai Prof. Amiruddin selesai menjabat dua periode. Akan tetapi, jurusan akuntansi pada saat itu tetap jalan sambil menunggu. Mahasiswa-mahasiswa pada saat itu yang terlanjur mengambil jurusan akuntansi ada yang memilih bekerja.
Sampai empat angkatan jurusan akuntansi atau 3 tahun telah berjalan jurusan akuntansi tetapi tidak ada perubahan. Maka untuk mendesak Prof. Amiruddin untuk mengembalikan ke nama awalnya. Maka dibentuklah Ikatan Mahasiswa Akuntansi untuk memperjuangkan hal tersebut. Ketua Ikatan Mahasiswa Akuntansi pada saat itu Kak Haeruddin yang diangkat sebagai ketua IMA pertama, maka dari organisasi tersebut mahasiswa-mahasiswa pada saat itu sering mendemo Prof. Amiruddin. Disitulah perjuangan IMA awalnya untuk mengembalikan Fakultas Ekonomi.
PERIODE AWAL KEPENGURUSAN IMA
Pada tahun 1977, Fakultas Ekonomi yang kita kenal saat ini belumlah ada. Pada waktu itu Fakultas Ekonomi, Sastra, serta Sospol bergabung menjadi satu membentuk Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya (FISBUD). Pada waktu itu juga masih belum terdapat jurusan akuntansi, yang ada hanyalah jurusan Ketatalaksanaan Perusahaan Majoring Akuntansi. Namun, pada waktu itu lulusan S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya tidak bisa diangkat menjadi akuntan walaupun telah mengambil jurusan Ketatalaksanaan Perusahaan Majoring Akuntansi. Hal ini dikarenakan terdapat Undang-Undang yang mengatur bahwa akuntan hanya bisa dihasilkan dari Sekolah Tinggi Akuntansi Negara dan Fakultas Ekonomi.
Pada waktu itu banyak dari mahasiswa majoring akuntansi yang menginginkan agar bisa menjadi akuntan ketika mereka telah sarjana. Merekapun membuat sebuah wadah untuk mengumpulkan para mahasiswa yang ingin melakukan pergerakan untuk memperjuangkan agar dibentuknya Fakultas Ekonomi. Pada akhirnya dibuatlah sebuah wadah yang hingga saat ini kita kenal sebagai Ikatan Mahasiswa Akuntansi yang pada waktu itu pertama kali dipimpin oleh Pak Haeruddin. Ikatan Mahasiswa Akuntansi Universitas Hasanuddin merupakan Organisasi Mahasiswa Jurusan (ORMAJU) pertama yang ada pada lingkup Fakultas Ekonomi UNHAS. Beberapa kali pergerakan yang panjang oleh mahasiswa majoring akuntansi pun telah dilakukan. Perjuangan tersebut baru membuahkan hasil setelah dilakukan pergantian rektor yang sebelumnya dipimpin oleh Prof. Amiruddin. Pada akhirnya Fakultas Ekonomi pun dapat terbentuk dan dapat menghasilkan sarjana akuntansi.
Setelah pembentukan Fakultas Ekonomi, IMA menghadapi tantangan terutama dalam aspek akademik dan finansial. Kekurangan dosen akuntansi pada waktu itu memunculkan kebutuhan akan tenaga pengajar. Pada tahun 1983, di bawah kepemimpinan Pak Alimuddin, IMA mengatasi permasalahan ini dengan membentuk kegiatan pembimbing belajar akuntansi untuk mahasiswa baru. Study club dibentuk untuk membimbing mahasiswa baru dalam mempelajari akuntansi. Untuk mendukung keuangan, IMA menjalankan kegiatan kewirausahaan seperti penjualan notebook, pakaian, buku akuntansi, dan atribut lainnya. Hasil usaha tersebut digunakan untuk menyelenggarakan seminar akuntansi. Pemilihan pimpinan IMA pada waktu itu melibatkan standar prestasi akademik yang tinggi, dengan persyaratan membuat makalah dan memenuhi kriteria administratif. Prestasi akademik dihargai sebagai syarat utama untuk menjadi pemimpin organisasi mahasiswa.
ERA 80-AN
Munir, mantan ketua IMA FE-UH pada tahun 1989, sekarang bekerja di PT. Bank Internasional Indonesia (BII). Sebelum bekerja di BII, beliau sempat menjadi dosen di STIEM NITRO. Meskipun tidak ada teman angkatannya yang menjadi dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin, tetapi ketika melamar menjadi dosen, beliau seangkatan dengan Bapak Asri Usman, Bapak Syamsuddin, Ibu Aini, serta dengan istri dari Bapak Abdul Latif. Sebelum kanda Munir menjabat sebagai ketua IMA FE-UH tahun 1989, telah ada ketua IMA periode sebelumnya seperti kanda M. Taufik angkatan 1985, kanda Zulkifli Anwar yang menjadi ketua IMA FE-UH angkatan 1984, dan sebelumnya juga ada kanda syarifuddin. Menurutnya, pada saat beliau memimpin IMA adalah waktu dimana transisi diakuinya program studi akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang sebelumnya Program Akuntansi dibawahi oleh Universitas Gajah Mada (UGM). Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis baru diresmikan pada tahun 1990, dimana pada saat itu pula IMA FE-UH dipimpin oleh kanda Asruddin, dan juga kanda Gunawan yang sekarang merupakan wakil direktur keuangan Politeknik Negeri Ujung Pandang. Selain itu, istri beliau pun adalah mantan pengurus juga di masa kepemimpinan kanda Munir yang sekarang menjadi dosen di Poltek Ujung Pandang.
Munir terpilih sebagai ketua IMA FE-UH pada tahun 1989 berkat keaktifannya dalam kepengurusan sebelumnya dan partisipasinya dalam kegiatan IMA FE-UH. Sebelumnya, ia aktif dalam kepengurusan yang dipimpin oleh M. Taufik, dan selama kepemimpinan Zulkifili, Munir juga aktif dalam setiap kegiatan IMA FE-UH, termasuk mengawal kegiatan-kegiatan Senat Mahasiswa FE-UH. Hubungannya yang baik dengan dosen, seperti Bapak Yaman Paddere, menciptakan suasana harmonis antara mahasiswa dan staf pengajar, yang memberikan kepercayaan kepadanya untuk memimpin IMA FE-UH.
Pada masa kepemimpinannya, Munir mengubah pola rekrutmen anggota IMA FE-UH menjadi open recruitment, di mana hanya mahasiswa yang benar-benar berkomitmen untuk aktif yang dapat bergabung. Program-program seperti SC (Study Club) untuk media pembelajaran akuntansi kepada mahasiswa baru dan dukungan terhadap kegiatan jurusan menjadi fokusnya. Munir juga aktif mendukung kegiatan pembinaan UGM dan study banding dengan utusan-utusan UGM, membawa mahasiswa ke Kota Malang dan Denpasar untuk meningkatkan pemahaman mereka.
Program kerja IMA FE-UH di masa Munir berfokus pada perbaikan internal jurusan, terutama dalam proses belajar-mengajar oleh dosen. Munir menyoroti perbedaan dalam proses seleksi UNA untuk menjadi akuntan dan perbedaan penilaian dosen terhadap mahasiswa FE-UH dengan di perguruan tinggi swasta, yang dianggapnya menghambat proses perkuliahan. Meskipun menyelesaikan program S1 dalam waktu tujuh tahun, Munir menegaskan pentingnya hubungan harmonis antara dosen dan mahasiswa serta memandang organisasi, seperti IMA FE-UH, sebagai wadah penting bagi pembentukan nilai dan pengetahuan di luar ruang kelas.